Cameron dan produser film dari Israel Simcha Jacobovici mengatakan, riset mereka menunjukkan bahwa Yesus menikah dengan Maria Magdalena dan memiliki seorang anak bernama Yudea. Jenazah ketiganya dimakamkan di satu kompleks.
Temuan itu sudah pasti sangat berlawanan dengan dogma ajaran Kristen bahwa Yesus adalah Putra Allah, meninggal karena disalib dan bangkit pada hari ketiga serta naik ke surga.
Film dokumenter berjudul The Lost Tomb of Christ (Makam Terakhir Kristus) itu bakal disiarkan televisi kabel di Amerika Serikat pada 4 Maret. Temuan arkeologis itu bakal mengobarkan lagi pertanyaan tentang kehidupan Yesus sebagai seseorang yang berkeluarga. Isu itu pula yang menjadi tema buku dan film The Da Vinci Code.
Cameron dan Jacobovici membuat film itu berdasarkan temuan sebuah makam di Talpiot, Jerusalem, pada 1980 saat dilakukan penggalian untuk pembangunan kompleks apartemen.
Menurut mereka, bukti bahwa situs itu adalah makam keluarga Yesus terlihat dari nama-nama yang tertera pada peti tempat tulang-belulang, bukti DNA dan analisis teknis lainnya.
Sudah tentu klaim itu ditolak keras oleh para pemuka kristiani. Mereka menyatakan, tidak ada bukti yang mengaitkan temuan itu dengan kisah Yesus menurut Alkitab.
Analisis Statistik
''Saya bukan seorang arkeolog ataupun pakar Kitab Suci,'' kata Cameron. ''Namun, sebagai seorang produser film dokumenter saya tidak boleh takut menyibak kebenaran.''
''Saya tahu mereka akan mengatakan saya hendak merongrong dogma Kristen. Itu sangat jauh dari niat saya. Temuan itu justru menegaskan eksistensi nyata tokoh-tokoh Alkitab tersebut,'' tambahnya.
Sebanyak lima dari 10 kotak yang ditemukan di makam Talpiot bertuliskan nama-nama yang diyakini merupakan tokoh-tokoh utama dalam Kitab Perjanjian Baru: Yesus, Maria, Matius, Yosef, dan Maria Magdalena. Inskripsi keenam, yang ditulis dalam bahasa Aram, menyebutkan ''Yudea putra Yesus''.
Profesor Aaron Body, pakar Kitab Suci dan arkeologi pada Pacific School of Religion, mengatakan makam seperti itu sangat biasa di wilayah negara Yahudi itu. Selain peti tulang bertuliskan ''Yudea Putra Yesus'', sebuah peti tulang lain bertuliskan ''Yesus putra Yosef'' dalam bahasa Aram. Peti lain bertuliskan ''Maria'' dalam huruf Ibrani.
Peti lain, juga dalam bahasa Ibrani, bertuliskan ''Matia'' atau ''Matius''. Hanya satu inskripsi yang ditulis dalam bahasa Yunani ''Mariamene e Mara'' (Maria dikenal sebagai tuan).
Jacobovici menuturkan, berdasarkan analisis statistik terhadap peti-peti yang ditemukan di satu kompleks itu disimpulkan nyaris tidak mungkin nama-nama itu bukan keluarga Yesus.
Jacobovici dan timnya juga memperoleh sampel untuk analisis DNA. Satu set sampel diambil dari peti ''Yesus Putra Yosef'' dan ''Mariamene e Mara''. Satu set diambil dari senyawa kimia salah satu peti itu.
Fosil-fosil manusia itu dianalisis oleh Carney Matheson, ilmuwan di Paleo-DNA Laboratory, Lakehead University di Ontario, Kanada. Uji mitokondria DNA menunjukkan, fosil dalam peti Yesus dan fosil dalam peti Maria Magdalena tidak terkait. Tim film itu yakin, ''Yudea'', yang diduga putra Yesus dan Maria Magdalena, mungkin saja adalah 'Iad alias Yohanes, salah satu murid Yesus.
Arkeolog Israel Amos Kloner, yang menemukan situs itu 10 tahun lalu, menyatakan tidak ada bukti bahwa situs itu adalah makam Yesus. Menurutnya, nama-nama itu hanya kebetulan.
''Siapa yang mengatakan bahwa Maria adalah Magdalena dan Yudea adalah anak Yesus? Itu tidak terbukti. Nama-nama itu adalah nama yang jamak di abad pertama,'' kata Kloner.(afp-gn-25)
Sumber