begini begini Kang Perisai Dewa yang saya cintai karena Allah, dan
saudara saudari di Milis yang saya cintai karena Allah ..
saya menyadari bahwa manusia secara fitrahnya mencari apa itu yang
disebut keseimbangan rohani dan jasmani. dan itulah "hakikat" yang
dicari oleh orang-orang yang menamakan diri mereka kaum sufi. Saya
tekankan sekali lagi, tidak hanya orang orang sufi tapi semua manusia
pada hakikatnya dan fitrahnya mencari itu. Tapi, baiklah kita sepakat
aja dulu bahwa sufi bisa dikatakan memfokuskan kepada ruhaniyah.
Syariat Rasulullah SAW yang diturunkan Allah kepada beliau pada
hakikatnya adalah "solusi" dari "pencarian hakikat" tersebut. Yang
pada "hakikatnya" adalah menjaga "fitrah" manusia agar tetap pada
"hakikat fitrah" nya yaitu beribadah "sesuai dengan kehendak Allah".
Yang itu di contohkan oleh Rasul Nya.
Nah disini "hakikat yang dicari" orang -orang yang menamakan sufi itu
pada hakikatnya telah ada solusi nya pada syariat yang di bawa
Rasulullah SAW itu. Seharusnya "hakikatnya" manusia yang ingin mencari
hakikat yang benar benar hakikat maka manusia haruslah beriman kepada
apa apa yang di bawa oleh Rasulullah SAW. Yang hakikatnya adalah
berbentuk syariat. Yang pada hakikat nya syariat tersebut mengandung
unsur ruhani dan unsur jasmani juga. Nggak perlu dicari-cari .Misalnya
shalat hakikatnya adalah bentuk ibadah gerakan (fisik) dan ketenangan
pikiran(ruhani), juga Puasa hakikatnya adalah bentuk ibadah olah
menahan lapar (fisik) dan kesabaran hati dan pengendalian nafsu
(ruhani), bahkan Zakat hakikatnya adalah manajemen keuangan (fisik)
dan menumbuhkan sifat simpati dan empati kepada orang lain. apalagi Haji ?
Semua nya pada hakikatnya mengandung dua unsur tersebut, ruhani dan
jasmani.
nah pada hakikat nya adalah kembali pada "syariat" sendiri. Yang
semuanya dicontohkan Oleh Rasulullah SAW. akhirnya, Pada hakikatnya
bahwa manusia itu harus tunduk pada "syariat" agar tetap berada dalam
"hakikat fitrah" nya dia diciptakan di dunia ini. Saya balik lagi
kalimatnya : Agar Manusia tetap berada dalam hakikat fitrahnya
diciptakan ke dunia ini adalah harus tunduk pada syariat. Tidak boleh
tidak, karena Yang Maha Tahulah yang menurunkan syariat itu.
Karena itu Rasulullah SAW sangat melarang adanya bentuk bentuk ibadah
ritual baru yang diluar beliau contohkan. dalam artian beliau melarang
ummatnya mengada-adakan syariat yang bukan dari beliau SAW atau
membuat manhaj2 baru. yang pada hakikatnya menjaga ummatnya agar tetap
pada hakikat fitrah nya. yang pada hakikatnya menjauhkan manusia
kepada tipuan iblis.
(kok jadi kebanyakan kata hakikat ?)
---- jadi bisa saya katakan "hakikat sufi" adalah pada hakikatnya
menjauhkan diri dari hakikat kebenaran karena tidak tunduk pada
hakikat yang ada pada syariat. itu faktanya. karena pondasi dasarnya
adalah ........ ( coba di isi ? )
kok jadi ngomongin hakikat sih ... eh iya daku kembali kepada niat
awal yaitu menanggapi Dalil Tafsir Kisah Musa A.S dan Khidir A.S
sebagai ilmu tasawuf.. :D hehe ..
Naah ... itu sufi ..sufism. Lalu dari sufi barulah lahir namanya yang
disebut Tasawuf. Jadi Sufi itu dikenal lebih dulu dari pada Tasawuf.
ada tasawuf karena ada sufi , tanpa sufi ga ada tasawuf. Bukan ga ada
tasawuf ga ada sufi. ADa tidak nya tasawuf .. sufi akan tetap ada .
dan akan tetap ada :D. gitu kira kira ..hehe. Jadi tasawuf ini anak
nya sufi.
Nah sekarang Tasawuf itu dikatakan membina akhlak, ma'rifat dan
hakikat. gitu deh.. katanya ... Ketika Tasawuf bersentuhan dengan
ma'rifat, maka orang orang yang mempelajari tasawuf di level ma'rifat
akan disebut sufi. Lalu bagaimana dengan orang orang biasa ? Mereka
boleh mencicipi ilmu tasawuf. Mereka mendapat bonus boleh mempelajari
tasawuf. Tapi mereka berada pada level syariat saja. Mereka tidak bisa
disebut sufi bahkan tidak disebut apa apa. Kasihan kan ?
Dari sinilah dikenal dua dimensi Tasawuf. Tasawuf Tarekat (yaitu Sufi,
sufistik, sufism) dan Tasawuf Akhlak atau Aqidah (orang orang biasa).
Tasawuf Tarekat akan lari kepada mistism, lahiriyah, nah mungkin
inilah yang "pembenaran" ajaran ini dalilnya disandarkan pada kisah
Musa A.S dan Khidir. Sedangkan dalil untuk Tasawuf Akhlak .. coba
dalilnya apa hayooo ... (isi titik titik di bawah ini).
Nah mengenai dalil kisah Musa A.S dan Khidr, menurut saya adalah
sebuah "pembenaran" yang di paksakan untuk "membenar-benarkan" ajaran
tasawuf. Padahal pada "hakikat" nya adalah kekeliruan.
Mengapa ?
1. dari sejarah : Musa A.S mendapat "pelajaran kesabaran" dari Allah
SWT dengan menghadirkan Khidir sebagai ujian/pelajaran bukan untuk
dijadikan guru.
2. dari sisi keghaiban : Khidir adalah hamba yang diberi rahmat, hanya
sekadar di beri "informasi" dari Allah. Bukan sebuah "kekuatan" yang
di pelajari atau dicari
3. dari sisi psikologi : Ternyata khidir A.S sama tidak sabarnya
dengan Musa A.S , karena cuma memberi kesempatan tidak lebih dari 3 kali
4. dari sejarah nabi-nabi : Musa A.S membawa syariat nya tersendiri ,
berbeda dengan Khidir A.S dengan syariatnya sendiri yang bisa jadi
tidak saling bertemu. Mengisyaratkan bahwa Rasulullah SAW pun membawa
syariat tersendiri yang harusnya itulah yang di ikuti ummatnya. bukan
mengacu kepada Khidir A.S atau pun Musa A.S
5. dari hadits : ketika seorang sahabat membaca2 taurat deh...
Rasulullah SAW bersabda andaikata Musa ada saat ini, maka ia akan
mengikuti aku. Tentu saja syariat Rasulullah SAW membatalkan
syariat-syariat Rasul dan Nabi sebelumnya.
kepanjangan eui ..
Wallahualam bishawab
wassalammualaikum warahmatullahi wabarakatuh
regards
anak usil
No comments:
Post a Comment